Sabtu, 26 Oktober 2013

ANALISIS KECEPATAN SUARA DI BAWAH LAUT

TUGAS AKUSTIK KELAUTAN

Analisis Kecepatan Suara di Laut Samudera Pasifik Utara (1316)

Peta Lokasi Pengambilan Stasiun plot 1316 untuk Pengolahan Data Kecepatan Suara di Samudera Pasifik Utara


Gambar 1. Pata Samudera Pasifik Utara dan Plot Stasiun


Gambar 2. Grafik Hubungan Profil Kedalaman dan Temperatur di Samudera Pasifik Utara; [a] Musim Barat (Desember 2005-Februari 2006); [b] Musim Peralihan 2006 (Maret-Mei); [c] Musim Timur 2006 (Juni-Agustus); [d] Musim Peralihan 2 2006 (September-November)



Gambar 3. Grafik Hubungan Profil Kedalaman dan Salinitas di Samudera Pasifik Utara; [a] Musim Barat (Desember 2005-Februari 2006); [b]Musim Peralihan 2006 (Maret-Mei); [c] Musim Timur 2006 (Juni-Agustus); [d] Musim Peralihan 2 2006 (September-November)


Gambar 4. Grafik Hubungan Profil Kedalaman dan Kecepatan Suara di Samudera Pasifik Utara; [a] Musim Barat (Desember 2005-Februari 2006); [b] Musim Peralihan 2006 (Maret-Mei); [c] Musim Timur 2006 (Juni-Agustus); [d] Musim Peralihan 2 2006 (September-November)



ANALISIS KECEPATAN SUARA


1.      Hubungan Kecepatan Suara (c) dan Temperatur (T)
Berdasarkan grafik diketahui bahwa nilai temperatur dan kecepatan suara berkurang seiring bertambahnya kedalaman pada lapisan mix layer dan lapisan termohalin. Selain itu pada lapisan Termohalin yang mengalami penurunan suhu drastis atau kolom air yang tidak stabil sehingga menyebabkan kecepatan suara paling kecil (minimum), tetapi ketika memasuki lapisan deep layer, temperatur semakin menurun sedangkan kecepatan suara meningkat. Hal tersebut terjadi karena pengaruh kedalaman atau tekanan lebih mendominansi sehingga temperatur tidak terlalu berpengaruh pada lapisan ini.

2.      Hubungan Kecepatan Suara (c) dan Salinitas (S)
Berdasarkan grafik diketahui bahwa apabila salinitas meningkat, kecepatan suara juga meningkat, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena kompresibilitas berkurang dan densitas meningkat, tetapi efek terbesar lebih dipengaruhi oleh hubungan salinitas dan kompresibilitas.

3.      Hubungan Kecepatan Suara (c) dan Tekanan (P)
Berdasarkan grafik diketahui bahwa untuk mengetahui tekanan dapat dilihat dari kedalaman yang berbanding lurus sehingga pengaruh tekanan terhadap kecepatan suara bergantung pada zona atau lapisan, yaitu pada lapisan mix layer kecepatan suara meningkat seiring tekanan meningkat, lapisan termohalin lebih di dominansi oleh suhu karena kondisi kolom air yang tidak stabil, dan lapisan deep layer dengan tekanan yang meningkat menyebabkan kecepatan suara juga meningkat.


4.      Hubungan Kecepatan Suara (c) dan Musim
Berdasarkan grafik diketahui bahwa pada musim peralihan 2 kecpatan suara lebih besar daripada musim peralihan satu, musim barat dan musim timur. Hal tersebut karena dominasi pengaruh suhu yang lebih tinggi dari pada musim lainnya pada lapisan mix layer.

5.      Hubungan Kecepatan Suara (c) dan  Lokasi
Berdasarkan grafik diketahui bahwa di samudera pasifik utara mempunyai nilai kisaran kecepatan suara antara 1477 m/s sampai 1530 m/s. Lokasi Samudera Pasifik Utara yang terletak pada lintang tinggi menyebabkan suhu permukaan air laut yang  lebih kecil daripada di wilayah ekuator karena posisi matahari yang tepat di ekuator. Hal tersebut berpengaruh pada perambatan kecepatan suara di lapisan mix layer ekuator yang lebih cepat.
Berdasarkan grafik dan uraian diatas kecepatan suara di laut sekitar 1.500 m/s dengan rincian, yaitu :
a)      Lapisan mix layer mempunyai kecepatan suara terbesar karena pengaruh tekanan mendominasi (Kecepatan suara meningkat seiring tekanan meningkat).
b)      Lapisan Termohalin mempunyai kecepatan suara terkecil (minimun) karena penurunan suhu yang drastis.
c)      Lapisan Deep Layer  terjadi penaikan kembali kecepatan suara setelah terjadi penurunan di lapisan termohalin karena dominasi pengaruh tekanan yang semakin besar seiring bertambahnya kedalaman.
Dengan demikian, tekanan mempunyai pengaruh paling besar terhadap nilai kecepatan suara di bawah laut.






Senin, 08 Juli 2013

Ringkasan Eksekutif “Pembangunan Pasar Ikan Raja Ampat”

Ringkasan Eksekutif “Pembangunan Pasar Ikan Raja Ampat”



Oleh : Arnudin (230210110044)

    Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi Irian Barat. Kepulauan tersebut sangat terkenal dari sisi pariwisatanya karena di Raja Ampat terdapat keindahan budaya, dan wisata baharinya. Kepulauan yang secara geografis berada pada 01o15’ LU – 2o15’ LS dan 129o10’ – 121o10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya 40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Selayaknya dapat dikembangnya menjadi salah  sumber devisa negara dari bidang Pariwisatanya. Disisi lain kehidupan masyarakat di Kepulauan Raja Ampat belumlah berkecukupan, maka salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat  di Raja Ampat adalah Pembengunan  Pasar Ikan Raja Ampat. Pembangunan tersebut dilakukan dengan seimbang dan terpadu antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Dengan demikian, sumber daya alam diharapkan dapat tetap mendukung perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidupnya, agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam kaitan ini, pembangunan berkelanjutan terus diupayakan menjadi arus utama dari pembangunan nasional di semua bidang dan daerah.

   Pasar ikan yang rencananya dibangun untuk menggantikan pasar ikan tradisional masyarakat di Raja Ampat. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan pasar ikan modern yang lebih higienis, bersih , dan teratur. Selain itu, Pasar tersebut dapat mempermudah kegiatan transaksi jual-beli ikan oleh nelayan tradisional dan Pembeli yang merupakan penduduk asli raja ampat atau para wisatawan yang datang ke Raja Ampat, sehingga nantinya dapat membuka kesempatan kerja baru untuk masyarakat di Raja Ampat. Pembangunan Pasar Ikan Raja Ampat juga memperhatikan aspek-aspek lingkungan baik itu, fisika-kimia-biologi, kesehatan, sosial, budaya, maupun sisi ekonomi. Sehingga setelah dibangun pasar ini tidak terjadi hal-hal yang merugikan dari sisi pengelola, pemrakarsa, dan masyarakat sekitar, serta lingkungan sekitar Pasar Ikan Raja Ampat. Pembangunan pasar ikan Raja Ampat mengacu kepada peraturan presiden republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Pasar merupakan areal tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu yang disebut tempat pembelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya, pasar tersebut yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan milik Negara dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta.

    Oleh karena itu, pembangunan Pasar Ikan Raja Ampat nantinya dapat bermanfaat bagi semua masyarakat yang tinggal di Kepulauan Raja Ampat sehingga dapat mengangkat perekonomian di Kepulauan Raja Ampat. Kehidupan penduduk di Raja Ampat akan lebih baik karena diharapkan dengan adanya pasar ini akan meningkatkan penghasilan mereka dari kekayaan laut yang dimiliki. Selain itu, kegiatan pasar yang sebelumnya terkesan tidak teratur dan jorok akan lebih teratur dan bersih. Dengan demikian tercipta masyarakat Raja Ampat yang sehat dan sejahtera.

Rabu, 29 Mei 2013

tugas Sedimentologi Laut (DELTA DI KALIMANTAN_DELTA SUNGAI RAJANG)

ARNUDIN
230210110044
KELOMPOK 4 (DELTA DI PULAU KALIMANTAN)

DELTA SUNGAI RAJANG



Pendahuluan

Laut dan Sungai merupakan dua tempat yang yang mempunyai perbedaan karakteristik, seperti dilihat dari parameter fisika, biologi , maupaun kimia. Tetapi keduannya terlibat dalam proses yang terjadi di daerah pertemuan antara kedua tempat tersebut, yaitu Muara sungai. Salah satu proses yang terjadi di muara sungai adalah pengendapan sedimen. Akibat adanya pengendapan sedimen di muara akan mengakibatkan terjadinya penumpukan material sedimen yang membentuk daratan, atau yang sering kita sebut dengan nama delta.

Pengertian Delta

Delta adalah sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material sedimen yang tertransport lewat aliran sungai ( channel ) , kemudian terendapkan pada kondisi di bawah air ( subaqueous ), pada tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di darat/subaerial. Delta terbentuk di hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland, yang daerahnya tertutup salju ), dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar. Pada umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai tersebut terendapkan pada kondisi subaerial. Proses pengendapan pada delta menghasilkan pola progradasi yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang dihasilkan umumnya mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan lingkungan laut (marine facies) (Syawal, 2012). Dalam pembentukan delta, material sedimen yang dibawa oleh sungai merupakan faktor pengontrol utama. Salah satu daerah dengan berbagai macam penemuan tentang delta adalah Asia Tenggara.

Keberadaan Delta Sungai Rajang di Pulau Kalimantan

Asia Tenggara merupakan lokasi banyak ditemukan sistem delta yang terbentuk (seperti, Baram, Mekong, Mahakam, Rajang, Sabah, Irrawady, dan sebagainya). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa empat besar pulau yang memiliki delta terbanyak adalah Pulau Papua (125 delta), Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi (masing-masing 40 delta), Pulau Kalimantan (19 delta), dan Pulau Sumatera (16 delta). Delta tersebut terbentuk akibat pengaruh sungai, pasang surut, gelombang , ataupun terbentuk secara alami selama jutaan tahun yang lalu. Dari beberapa delta yang telah disebutkan diatas, Delta yang terdapat di Pulau Kalimantan atau Borneo adalah Delta Rajang, Delta Baram, Delta Sabah,Delta Mahakam, dan sebagainya (Purnama dkk, 2013).
Sungai Rajang merupakan sungai yang terpanjang ke empat di Kalimantan dan sungai terpanjang di Malaysia. Sungai ini terletak di Serawak, Malaysia. Panjangnya 563 km dari Banjaran Iran di tengah pulau Kalimantan ke Laut Cina Selatan di utara Bandaraya Kuching. Sungai ini dapat digunakan sebagai sarana transportasi sampai ke Kapit dengan memakai perahu-perahu dan kapal motor. Di lembah sungai Rajang, hidup berpuluh-puluh sub-suku bangsa pribumi Serawak yaitu suku Dayak. Di daerah muara atau hilir sungainya banyak terbentuk sistem delta salah satu deltanya adalah delta Rajang. Delta Rajang adalah salah satu delta yang tersusun dari deposit gambut, gambut ini akan terbentuk akibat pengendapan sedimen.

Karakteristik Delta Sungai Rajang
Dataran holosen dari delta sungai Rajang yang terbentuk mempunyai luas sekitar 6.500km2 terjadi di kawasan beriklim tropis dengan karakteristik dataran berupa lahan gambut. Proses pengendapan sedimen di sungai Rajang umumnya terjadi selama musim kering atau tingkat intensitas hujannya rendah, sehingga proses pengendapan sedimen lebih capat dan penumpukan material sedimen kearah muara lebih tebal sehingga dapat membentuk delta. Delta Rajang didominasi oleh sedimen Cretaceous yang terbentuk selama masa eosen. Ketebalan delta Rajang lebih dari 3 m, dengan penampang permukaan yang membentuk kubah atau menonjol ke permukaaan (Staub & Gastaldo, 2003).


Gambar 1. Delta Sungai Rajang, Serawak, Malaysia ( sumber: http://eol.jsc.nasa.gov )

Berdasarkan faktor pembentukannya, delta Rajang termasuk kedalam tipe atau jenis delta yang terbentuk akibat proses pasang surut atau akibat dominasi pasang surut. Muara sungai yang termasuk kedalam area delta, dimana tingkat pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang terjadi dalam distributary channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan akan terjadi sumber energi utama yang memisah sedimen. Komposis meterial sedimen yang terdapat di Delta Sungai Rajang , umumnya di dominasi oleh Mud and Silt ( lumpur dan tanah lempung).  Ada 3 jenis tipe sedimen lain yang terdapat di Delta Sungai Rajang yang diamati pada vibraceros dari sampel bentuk bar (lapisan dari atas ke bawah) di Delta Sungai Rajang pada bagian delta plain dan alluvial valley channel . ketiga tipe tersebut, yaitu lapisan lempung dengan warna kuning kecoklatan sampai gelap hijau-zaitun, lapisan pasir cross - bedded dengan warna coklat keabu – abuan dan lapisan pasir flasser – bedded dengan warna coklat keabu – abuan. Semua tipe yang telah dijelaskan tersebut banyak mengandung lapisan detritus organik. Lapisan lempung umumnya dijumpai pada lapisan permukaan dengan kedalaman beberapa meter sedangkan untuk lapisan pasir cross- bedded dan flasser – bedded biasanya ditemukan pada kedalaman yang lebih dalam (Staub, 2000).
Selam musim kemarau wilayah hulu di daerah ini, proses fluvial mendominasi transportasi dan sedimen di daerah hilir umumnya diangkut dari hulu dengan tingkat turbiditas atau kekeruhan maksimum. Kekeruhan maksimum di Rajang distributary channels terjadi selama periode debit dari pasang surut yang rendah atau berkurang. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan daerah channel dimana beting lumpur luas dan pasang surut data telah berkembang (Staub, 2000).


Gambar 2. Lokasi Delta Sungai Rajang, Serawak , Malaysia dan drainase serta ketebalan delta
(Sumber: Staub et al, 2000)

Vegetasi Di Delta Sungai Rajang
Berdasarkan komposisi meterial sedimen di delta Sungai Rajang, maka vegetasi yang hidup di sekitar kawasan delta Rajang adalah di dominasi oleh kelompok mangrove dengan suksesi umum Avicennia – Rhizophora – Nipa – Oncosperma yang saling berurutan dan semakin berkurangnya toleransi terhadap salinitas. Kelompok Nipa mendominasi area delta plain di bagian barat daya (Staub & Gastaldo, 2003).

Delta Front dan Sedimen Prodelta
Pada kedalaman 3 m sampai dengan 25 m di bawah pengaruh pasang spring rendah , delta front dan sedimen prodelta bertemu. Sedimen ini terdiri dari lempung, lumpur ataupun lempung dan pasir. Pada titik ini merupakan titik yang banyak mengandung mud sebagai hasil transportasi akhir sedimen dari sungai.  Transportasi langsung sedimen ke delta front dan prodelta terjadi terutama selama musim basah atau hujan dan hasilnya akan terdeposisi menjadi lapisan sedimen tahunan atau verves. Delta front dan sedimen prodelta mengandung berbagai macam kelompok foraminifera yang ditemukan sama seperti di delta Sungai Mahakam. Salah satu ciri sedimen pada prodelta adalah bioturbation. Pada sedimen ini juga terdapat bioturbation. Proses bioturbasi akan membentuk liang-liang pada sedimen (Staub & Gastaldo, 2003).


Gambar 3. Sebaran sedimen lumpur Delta Sungai Rajang dan perdedaan karakter antara Delta Sungai Rajang dan Delta Baram (sumber : http://www.sciencedirect.com )

Daftar Pustaka


Purnama, Yudi dkk. 2013. Identifikasi Karakter Delta di Asia Tenggara bagian Selatan dan Papua Nugini dengan Metoda Pengindraan Jauh. http://www.gda.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=91 diakses pada tanggal 27 Mei 2013
Staub, J. 2000. Seasonal sediment transport and deposition in the Rajang River delta, Sarawak, East Malaysia. Sedimentary Geology 133 , 249–264.
Staub, J., & Gastaldo, R. A. 2003. Late Quarternary Sedimentation and Peat Develompment in the Rajang River Delta , Serawak, East Malaysia. Tropical deltas of Southeast Asia-Sedimentation, Stratigraphy, and Petroleum Geology , 71-87.
Syawal, Rizqi. 2012. Lingkungan Pengendapan Delta. http://syawal88.wordpress.com/2012/11/06/lingkungan-pengendapan-delta/ Diakses pada tanggal 28 Mei 2013


Rabu, 22 Mei 2013

Tugas Ekologi Laut Tropis (Study Cases : Pencemaran Minyak Pada Mangrove)


Study Cases : Murdered By Who ???

Kelompok  “Last Minutes”
Bani Kesuma          230210110014
Naufan I                  230210110031
Andi Desandi Y       230210110034
Arnudin                    230210110044
M. Hariza                230210110063

Oil Oil Oil and Stop In The Darkness


     Mangrove diketahui mempunyai fungsi ekologis dimana salah satunya adalah sebagai tempat berlindung , mencari makan , dan memijah ikan-ikan. Asosiasi ini juga dapat MENGUNTUNGKAN BAGI MANUSIA baik secara langsung ATAU TIDAK LANGSUNG. Selagi hal ini berjalan normal , tidak ada masalah. Hal yang tidak berjalan normal diakibatkan oleh banyak hal salah satunya adalah tumpahan minyak. Penelitian mahasiswa perikanan menunjukan bahwa 3 tahun setelah tumpahan minyak di pesisir utara Jawa Barat masih menunjukan bahwa KEHIDUPAN IKAN MASIH TERGANGGU. Hal ini mungkin diakibatkan oleh tumpahan minyak masih berada di lokasi mangrove. Mengapa begitu lama ?? kalau ikan saja masih terganggu, bagaimana dengan mikroorganisme yang tinggal lama di daun , akar, batang , dan sedimen. Bukankah ekosistem ini merupakan EKOSISTEM YANG PALING KOMPLEKS ?? Sebenarnya pengaruh minyak terhadap ekosistem mangrove dan asosiasinya masih perlu dijelaskan dengan lebih detail termasuk pada proses dan akibat langsungnya. Hal ini bisa disebut sebagai “Pembunuh Berantai Tanpa Harus Melukai Nomor 2”.

Pembahasan

     Mangrove diketahui mempunyai fungsi ekologis dimana salah satunya adalah sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan memijah ikan-ikan. Asosiasi ini juga dapat menguntungkan bagi manusia baik secara langsung atau tidak langsung. Asosiasi yang terjadi antara mangrove dan biota merupakan bentuk simbiosis mutualisme karena biota dapat berlindung dan mencari makan di pohon mangrove sedangkan bagi mangrove mendapatkan nutrien dari feses (kotoran) biota untuk tumbuh. Asosiasi ini juga menguntungkan bagi manusia karena secara langsung ikan ikan akan banyak yang berada disana sehingga tidak perlu mencari ikan terlalu jauh ke tengah lautan. Selain itu manfaat tidak langsung dari mangrove adalah oksigen yang dihasilkan oleh si mangrove tersebut saat berfotosintesis dan fungsi mangrove tersebut untuk memecah ombak dan mencegah abrasi pantai.

     Pada suatu penelitian ditunjukan bahwa 3 tahun setelah tumpahan minyak di pesisir utara jawa barat masih menunjukan bahwa kehidupan ikan masih terganggu. Karena pendegradasian minyak itu membutuhkan waktu yang cukup lama apalagi jika mikroorganisme pendegradasi minyak hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Soalnya mangrove tidak bisa mendegradasi minyak melainkan mengakumulasinua didalam batang dan akarnya.

     Ekosistem mangrove ini merupakan ekosistem yang paling kompleks, tapi sekompleks apapun suatu ekosistem tetap saja membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalahnya dan semakin kompleks suatu ekosistem biasanya akan semakin lama menyelesaikan masalahnya soalnya lebih banyak jumlah ragam organismenya. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan. Bersifat dinamis karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali seperti sediakala.

     Sebenarnya pengaruh minyak terhadap ekosistem mangrove dan asosiasinya masih perlu dijelaskan dengan lebih detail termasuk pada proses dan akibat langsungnya. Pengaruh pertama tumpahan minyak tidak langsung ke ekosistem mangrove melainkan biota yang hidup disekitar ekosistem mangrove. Akumulasi tumpahan minyak terjadi pada batang, dan akar, sedangkan kemampuan mangrove hanya dapat mengakumulasi atau menyerap tumpahan minyak tersebut dan tidak dapat mendegradasi minyak yang diserap. Akumulasi pencemaran minyak yang terjadi pada mangrove dapat menyebabkan pertumbuhan mengrove terganggu bahkan bisa menyebabkan kematian pada pohon mengrove. Resistensi mengrove terhadap pencemaran minyak akan meningkat tetapi hanya untuk mangrove yang mempunyai kemampuan kuat, sedangkan pada mangrove yang rentan terhadap perubahan yang terjadi pada ekosistem tersebut akan lebih cepat mati.


Senin, 29 April 2013

TUGAS HUKUM LAUT (ORGANISASI MARITIM)


ARNUDIN
230210110044
Organisasi Kemaritiman

International Seabed Authority (ISA/ISBA)


International Sea-Bed Authority adalah organisasi otonom yang memiliki fungsi sebagai alat legitimasi formil untuk menyetujui kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di kawasan dasar laut serta bersama-sama mengelola hasil kekayaannya. Karena diketahui bahwa kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di kawasan dasar laut menghasilkan industri yang besar, maka Otorita didirikan sebagai badan yang membatasi dan mencegah kesewenang-wenangan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh negara maju.

International Seabed Authority ini selanjutnya dikenal dengan istilah “Otorita”, Otorita Kawasan Dasar Laut lahir dari implementasi Bab XI Unclos 1982 dan Perjanjian 1994, Ketentuannya sudah ditetapkan dalam Pasal 1 ayat (2) “Authority, means the International Seabed Authority” yang artinya Otorita adalah Badan Otorita Internasional, dan diatur lebih khusus lagi ke dalam bentuk perjanjian “Implementing Agreement 1994”.

ISA berdiri pada tanggal  16 November 1994 dan beroperasi penuh pada Juni 1996. Otorita memiliki kantor pusat di Kingston, Jamaika, setelah berlakunya Konvensi 1982. Otorita mulai beroperasi secara penuh sebagai organisasi internasional otonom pada bulan Juni 1996, ketika mengambil alih tempat dan fasilitas di Kingston, Jamaika yang sebelumnya digunakan oleh Kantor Hukum Laut PBB, Kingston. Rapat Otorita diadakan di Pusat Konferensi Jamaika di pusat kota Kingston.

Badan Otorita ini mempunyai badan-badan utama (principal organ), yaitu Majelis (an Assembly), Dewan (a Council), Sekretariat (a Secretariat),Komisi Hukum dan Teknik , Komite Keuangan  dan Perusahaan (the Enterprise). Sampai pada tanggal 8 Januari 2013 ada 165 negara anggota dari the International Seabed Authority (ISA). Daftar anggotanya, yaitu:
Tabel 1. Daftar Anggota the International Seabed Authority (ISA) Sampai 8 Januari 2013
 Albania
Dominica
Lithuania
Romania
Algeria 
Dominican Republic
Luxembourg
Russian Federation
Angola
Ecuador
Madagascar
Saint Kitts and Nevis
Antigua and Barbuda
Egypt
Malawi
Saint Lucia
Argentina
Equatorial Guinea
Malaysia
Saint Vincent and the Grenadines
Armenia
Estonia
Maldives
Samoa
Australia
European Union
Mali
Sao Tome and Principe
Austria
Fiji
Malta
Saudi Arabia
Bahamas
Finland
Marshall Islands
Senegal
Bahrain
France
Mauritania
Seychelles
Bangladesh
Gabon
Mauritius
Sierra Leone
Barbados
Gambia
Mexico
Singapore
Belarus
Georgia
Micronesia (Federated States of)
Slovakia
Belgium
Germany
Monaco
Slovenia
Belize
Ghana
Mongolia
Solomon Islands
Benin
Greece
Montenegro
Somalia
Bolivia
Grenada
Morocco
South Africa
Bosnia and Herzegovina
Guatemala
Mozambique
Spain
Botswana
Guinea
Myanmar
Sri Lanka
Brazil
Guinea-Bissau
Namibia
Sudan
Brunei Darussalam
Guyana
Nauru
Suriname
Bulgaria
Haiti
Nepal
Swaziland
Burkina Faso
Honduras
Netherlands
Sweden
Cameroon
Hungary
New Zealand
Switzerland
Canada
Iceland
Nicaragua
Thailand
Cape Verde
India
Nigeria
The Former Yugoslav Republic of Macedonia
Chad
Indonesia
Niue
Timor-Leste
Chile
Iraq
Norway
Togo
China
Ireland
Oman
Tonga
Comoros
Italy
Pakistan
Trinidad & Tobago
Congo
Jamaica
Palau
Tunisia
Cook Islands
Japan
Panama
Tuvalu
Costa Rica
Jordan
Papua New Guinea
Uganda
Côte d'Ivoire
Kenya
Paraguay
Ukraine
Croatia
Kiribati
Philippines
United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland
Cuba
Kuwait
Poland
United Republic of Tanzania
Cyprus
Lao People's Democratic Republic
Portugal
Uruguay
Czech Republic
Latvia
Qatar

Vanuatu
Democratic Republic of the Congo
Lebanon
Republic of Korea
Vietnam
 Denmark
Lesotho
Republic of Moldova

Yemen

 Liberia
 Republic of Serbia

Zambia

Djibouti



Zimbabwe

Mengapa ISA didirikan kerena memiliki Fungsi utama, yaitu untuk mengatur penambangan dasar laut dalam dan untuk memberikan penekanan khusus untuk memastikan bahwa lingkungan laut dilindungi dari efek berbahaya yang mungkin timbul selama kegiatan pertambangan, termasuk eksplorasi, sehingga Perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan produksi dilakukan oleh Badan Otorita Internasional atas kekayaan di Kawasan yang di dalamnya terdapat minyak, gas, dan mineral lainnya. Pihak yang melakukan produksi di Kawasan adalah negara atau perusahaan setelah mendapat izin dari ISBA tersebut sebagaimana diatur oleh Pasal 151 Konvensi Hukum Laut 1982.

Sebagai bagian dari program kerja substantif, Sekretariat Otorita juga melaksanakan penilaian sumber daya rinci pada area dicadangkan untuk Otorita; mempertahankan database khusus (POLYDAT) data dan informasi tentang sumber daya wilayah laut internasional dan memantau arus status pengetahuan ilmiah lingkungan laut, seperti laut dalam sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan perumusan data Repositori Pusat. Otoritas juga memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan dan mendorong penelitian ilmiah kelautan di wilayah laut internasional dan untuk menyebarluaskan hasil penelitian tersebut.

Dalam kerangka penyelesaian sengketa tentang pemanfaatan kekayaaan di Kawasan tersebut telah dibentuk Kamar Sengketa Dasar Laut yang merupakan bagian dari Pengadilan Internasional Hukum Laut (Sea-Bed Disputes Chamber of the International Tribunal for the Law of the Sea). Kamar Sengketa Dasar Laut tersebut mempunyai jurisdiksi atas kegiatan di Kawasan yang dilakukan oleh Negara, perusahaan, organisasi internasional atau kontrak-kontrak antara ISBA dengan pihak lainnya sebagaimana diatur oleh Pasal 186-187 Konvensi Hukum Laut 1982. Demikian juga Chamber harus memberikan pendapat berupa nasihat (advisory opinion) atas permintaan Majelis atau Dewan mengenai persoalan hukum yang timbul dalam ruang lingkup kegiatan di Kawasan sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 191 Konvensi Hukum Laut 1982. Salah satu Kebijakan kelautan baru Jepang dalam menekankan kebutuhan untuk mengembangkan hidrat metana dan deposit hidrotermal dalam zona ekonomi eksklusif Jepang dan rencana komersialisasi sumber daya dalam 10 tahun ke depan dilaporkan kepada ISBA pada bulan April 2008.

Pada tahun 2008, Otorita menerima dua aplikasi baru untuk otorisasi dalam mengeksplorasi nodul polimetalik, datang untuk pertama kalinya dari perusahaan-perusahaan swasta dalam mengembangkan negara pulau di Daerah Pasifik Kegiatan ini disponsori oleh pemerintah masing-masing dan kontraknya selama 15 tahun ,yaitu Nauru Ocean Resources Inc.( 22 Juli 2011) dan Tonga Offshore Mining Limited (12 Januari 2012).

Daftar Acuan