CAHAYA DAN BUNYI DALAM OSEANOGRAFI
Oleh : Arnudin (230210110044)
Ilmu Kelautan Unpad
Ilmu Kelautan Unpad
Cahaya
Cahaya adalah bentuk radiasi elektromagnetik
yang bergerak dengan kecepatan yang mendekati 3 X 108 ms-1 dalam ruang hampa
(berkurang menjadi 2,2 X 108 ms-1 dalam air laut) (Supangat, 2003) . Cahaya bergerak
lebih cepat dan menembus atmosfer lebih jauh dari bunyi sehingga kita dapat
menggunakan penglihatan kita lebih baik. Konsep cahaya dalam ilmu oseanografi
fisika erat kaitannya dengan radiasi elektromagnetik dari masing-masing cahaya
yang dipancarkan oleh matahari kemudian dipantulkan oleh air laut. Selain itu,
cahaya juga berhubungan dengan visibilitas bawah air yang digunakann untuk
mengetahui kekeruhan serta jarak pandang kita terhadap suatu obyek di laut.
Ketika cahaya menjalar dalam air, intensitasnya berkurang secara eksponensial
terhadap jarak dari titik sumber (Supangat, 2003) .
Kaitan cahaya dan Oseanografi yang sebelumnya sudah
disebutkan, yaitu radiasi elektromagnetik dapat diterapkan dalam proses remote
sensing. Remote sensing berdasarkan gelombang yang terlibat terbagi menjadi 2,
yaitu remote sensing pasif dan remote sensing aktif. Remote sensing pasif menggunakan panjang
gelombang visibel dan dekat infra merah yang direfleksikan dan juga radiasi
panjang gelombang infra merah yang lebih panjang dan radiasi gelombang micro
untuk memperoleh informasi tentang warna (dan produksi biologi dan kekeruhan),
temperatur dan tutupan es di permukaan lautan. Disamping itu juga memberikan
informasi mengenai kekasaran permukaan akibat angin, gelombang, pasut dan arus
dan tipe awan dan jumlahnya serta jumlah uap air di atmosfer. Remote sensing
aktif melibatkan transmisi pulsa microwave (radar) dari pesawat terbang atau
satelit pada panjang gelombang beberapa cm, yang kemudian diikuti dengan
pengukuran dan analisis sinyal yang direfleksikan oleh permukaan. Teknik radar
imaging memberikan informasi mengenai kekasaran permukaan laut (pola gelombang
dan distribusi gelombang) dan tutupan es. Radar mempunyai kelebihan yaitu dapat
menembus awan dan mampu memberikan resolusi tinggi. Seperti diketahui bahwa
radiasi elektromagnetik hanya mampu melewati air dalam jarak yang pendek
sehingga remote sensing dan fotografi aerial memberikan informasi langsung
hanya mengenai air di permukaan dan dekat permukaan tergantung panjang
gelombang. Tetapi ada batas penggunaan radiasi elektromagnetik di laut. Jadi,
untuk kedua jenis remote sensing tersebut perlu
menggunakan radiasi akustik yang bergerak perlahan (Supangat,
2003).
Bunyi atau Suara
Bunyi adalah bentuk tekanan gelombang dan terbentuk oleh
vibrasi yang menghasilkan zona-zona alternatif kompresi (molekul-molekul saling
merapat) dan rarefaksi (molekul-molekul saling menjauh). Walaupun Cahaya dan
bunyi bergerak seperti gelombang, namun secara fundamental keduanya berbeda,
karena cahaya adalah bentuk energi elektromagnetik dan terbentuk dengan efektif
melalui ruang hampa dan secara umum kurang baik dengan bertambahnya densitas
materi. Bunyi atau energi akustik melibatkan vibrasi materi sebenarnya yang
terbentuk baik melalui padatan dan larutan dan kurang baik dalam gas dan tidak
terbentuk dalam ruang hampa (Supangat, 2003) .
Laju bunyi (c) di bawah air ditentukan juga oleh nilai densitas dari air laut(Supangat, 2003) . Sehingga untuk menentukan laju bunyi
dapat digunakan persamaan berikut :
Laju bunyi (c) di bawah air ditentukan juga oleh nilai densitas dari air laut
Axial modulus materi adalah pengukuran elastisitas dalam
konteks kemampuan untuk memperoleh bentuk asli mengikuti kompresi dan resistan
terhadap kompresi tersebut dan axial
modulus air lebih besar dari udara. Axial modulus dan densitas air
laut tergantung pada temperatur, salinitas dan tekanan sehingga c menjadi
fungsi yang agak kompleks dari tiga variabel dalam lautan (Supangat, 2003) .
Laju bunyi dalam air laut, c, bertambah
dengan bertambahnya axial modulus air laut dan berkurang bila densitas
bertambah; sekitar 1500 ms-1.
Temperatur naik sebesar 1 0C
akan menyebabkan penambahan kecepatan sebesar 3 ms-1. Peningkatan salinitas sebesar 1
menyebabkan penambahan kecepatan sebesar 1,1 ms-1. Peningkatan tekanan sama dengan
peningkatan kedalaman 100 m dan menyebabkan penambahan sekitar 1,8 ms-1. Laju bunyi mencapai minimum
di permukaan dan dalam jalur bunyi (Supangat, 2003) .
Intensitas bunyi
berkurang terhadap jarak dari sumber karena dua proses : (a) spreading loss akibat penyebaran pada
daerah permukaan yang luas. dan (b) atenuasi akibat penyerapan, yaitu konversi
energi akustik menjadi energi panas dan energi kimia; dan penyebaran akibat
refleksi oleh partikel tersuspensi dan gelembung udara. Bunyi di bawah air
dapat menghasilkan energi akustik yang dapat dimanfaatkan untuk survey
oseanografi. Aplikasi energi akustik di lautan, yaitu sistem akustik pasif,
siteem akustik aktif yang terdiri dari sonar, Telemetry dan
Trackin (Supangat, 2003) .
Tabel 1. Properti akustik beberapa material biasan (The Open University, 1995).
|
Daftar Acuan
Supangat, Agus. 2003. Pengantar Oseanografi.
Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Bearman. G. Editor. 1995. Sea Water : Its Composition, Proporties and
Behaviour. England: The Open
University.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar