Rabu, 29 Mei 2013

tugas Sedimentologi Laut (DELTA DI KALIMANTAN_DELTA SUNGAI RAJANG)

ARNUDIN
230210110044
KELOMPOK 4 (DELTA DI PULAU KALIMANTAN)

DELTA SUNGAI RAJANG



Pendahuluan

Laut dan Sungai merupakan dua tempat yang yang mempunyai perbedaan karakteristik, seperti dilihat dari parameter fisika, biologi , maupaun kimia. Tetapi keduannya terlibat dalam proses yang terjadi di daerah pertemuan antara kedua tempat tersebut, yaitu Muara sungai. Salah satu proses yang terjadi di muara sungai adalah pengendapan sedimen. Akibat adanya pengendapan sedimen di muara akan mengakibatkan terjadinya penumpukan material sedimen yang membentuk daratan, atau yang sering kita sebut dengan nama delta.

Pengertian Delta

Delta adalah sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material sedimen yang tertransport lewat aliran sungai ( channel ) , kemudian terendapkan pada kondisi di bawah air ( subaqueous ), pada tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di darat/subaerial. Delta terbentuk di hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland, yang daerahnya tertutup salju ), dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar. Pada umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai tersebut terendapkan pada kondisi subaerial. Proses pengendapan pada delta menghasilkan pola progradasi yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang dihasilkan umumnya mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan lingkungan laut (marine facies) (Syawal, 2012). Dalam pembentukan delta, material sedimen yang dibawa oleh sungai merupakan faktor pengontrol utama. Salah satu daerah dengan berbagai macam penemuan tentang delta adalah Asia Tenggara.

Keberadaan Delta Sungai Rajang di Pulau Kalimantan

Asia Tenggara merupakan lokasi banyak ditemukan sistem delta yang terbentuk (seperti, Baram, Mekong, Mahakam, Rajang, Sabah, Irrawady, dan sebagainya). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa empat besar pulau yang memiliki delta terbanyak adalah Pulau Papua (125 delta), Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi (masing-masing 40 delta), Pulau Kalimantan (19 delta), dan Pulau Sumatera (16 delta). Delta tersebut terbentuk akibat pengaruh sungai, pasang surut, gelombang , ataupun terbentuk secara alami selama jutaan tahun yang lalu. Dari beberapa delta yang telah disebutkan diatas, Delta yang terdapat di Pulau Kalimantan atau Borneo adalah Delta Rajang, Delta Baram, Delta Sabah,Delta Mahakam, dan sebagainya (Purnama dkk, 2013).
Sungai Rajang merupakan sungai yang terpanjang ke empat di Kalimantan dan sungai terpanjang di Malaysia. Sungai ini terletak di Serawak, Malaysia. Panjangnya 563 km dari Banjaran Iran di tengah pulau Kalimantan ke Laut Cina Selatan di utara Bandaraya Kuching. Sungai ini dapat digunakan sebagai sarana transportasi sampai ke Kapit dengan memakai perahu-perahu dan kapal motor. Di lembah sungai Rajang, hidup berpuluh-puluh sub-suku bangsa pribumi Serawak yaitu suku Dayak. Di daerah muara atau hilir sungainya banyak terbentuk sistem delta salah satu deltanya adalah delta Rajang. Delta Rajang adalah salah satu delta yang tersusun dari deposit gambut, gambut ini akan terbentuk akibat pengendapan sedimen.

Karakteristik Delta Sungai Rajang
Dataran holosen dari delta sungai Rajang yang terbentuk mempunyai luas sekitar 6.500km2 terjadi di kawasan beriklim tropis dengan karakteristik dataran berupa lahan gambut. Proses pengendapan sedimen di sungai Rajang umumnya terjadi selama musim kering atau tingkat intensitas hujannya rendah, sehingga proses pengendapan sedimen lebih capat dan penumpukan material sedimen kearah muara lebih tebal sehingga dapat membentuk delta. Delta Rajang didominasi oleh sedimen Cretaceous yang terbentuk selama masa eosen. Ketebalan delta Rajang lebih dari 3 m, dengan penampang permukaan yang membentuk kubah atau menonjol ke permukaaan (Staub & Gastaldo, 2003).


Gambar 1. Delta Sungai Rajang, Serawak, Malaysia ( sumber: http://eol.jsc.nasa.gov )

Berdasarkan faktor pembentukannya, delta Rajang termasuk kedalam tipe atau jenis delta yang terbentuk akibat proses pasang surut atau akibat dominasi pasang surut. Muara sungai yang termasuk kedalam area delta, dimana tingkat pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang terjadi dalam distributary channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan akan terjadi sumber energi utama yang memisah sedimen. Komposis meterial sedimen yang terdapat di Delta Sungai Rajang , umumnya di dominasi oleh Mud and Silt ( lumpur dan tanah lempung).  Ada 3 jenis tipe sedimen lain yang terdapat di Delta Sungai Rajang yang diamati pada vibraceros dari sampel bentuk bar (lapisan dari atas ke bawah) di Delta Sungai Rajang pada bagian delta plain dan alluvial valley channel . ketiga tipe tersebut, yaitu lapisan lempung dengan warna kuning kecoklatan sampai gelap hijau-zaitun, lapisan pasir cross - bedded dengan warna coklat keabu – abuan dan lapisan pasir flasser – bedded dengan warna coklat keabu – abuan. Semua tipe yang telah dijelaskan tersebut banyak mengandung lapisan detritus organik. Lapisan lempung umumnya dijumpai pada lapisan permukaan dengan kedalaman beberapa meter sedangkan untuk lapisan pasir cross- bedded dan flasser – bedded biasanya ditemukan pada kedalaman yang lebih dalam (Staub, 2000).
Selam musim kemarau wilayah hulu di daerah ini, proses fluvial mendominasi transportasi dan sedimen di daerah hilir umumnya diangkut dari hulu dengan tingkat turbiditas atau kekeruhan maksimum. Kekeruhan maksimum di Rajang distributary channels terjadi selama periode debit dari pasang surut yang rendah atau berkurang. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan daerah channel dimana beting lumpur luas dan pasang surut data telah berkembang (Staub, 2000).


Gambar 2. Lokasi Delta Sungai Rajang, Serawak , Malaysia dan drainase serta ketebalan delta
(Sumber: Staub et al, 2000)

Vegetasi Di Delta Sungai Rajang
Berdasarkan komposisi meterial sedimen di delta Sungai Rajang, maka vegetasi yang hidup di sekitar kawasan delta Rajang adalah di dominasi oleh kelompok mangrove dengan suksesi umum Avicennia – Rhizophora – Nipa – Oncosperma yang saling berurutan dan semakin berkurangnya toleransi terhadap salinitas. Kelompok Nipa mendominasi area delta plain di bagian barat daya (Staub & Gastaldo, 2003).

Delta Front dan Sedimen Prodelta
Pada kedalaman 3 m sampai dengan 25 m di bawah pengaruh pasang spring rendah , delta front dan sedimen prodelta bertemu. Sedimen ini terdiri dari lempung, lumpur ataupun lempung dan pasir. Pada titik ini merupakan titik yang banyak mengandung mud sebagai hasil transportasi akhir sedimen dari sungai.  Transportasi langsung sedimen ke delta front dan prodelta terjadi terutama selama musim basah atau hujan dan hasilnya akan terdeposisi menjadi lapisan sedimen tahunan atau verves. Delta front dan sedimen prodelta mengandung berbagai macam kelompok foraminifera yang ditemukan sama seperti di delta Sungai Mahakam. Salah satu ciri sedimen pada prodelta adalah bioturbation. Pada sedimen ini juga terdapat bioturbation. Proses bioturbasi akan membentuk liang-liang pada sedimen (Staub & Gastaldo, 2003).


Gambar 3. Sebaran sedimen lumpur Delta Sungai Rajang dan perdedaan karakter antara Delta Sungai Rajang dan Delta Baram (sumber : http://www.sciencedirect.com )

Daftar Pustaka


Purnama, Yudi dkk. 2013. Identifikasi Karakter Delta di Asia Tenggara bagian Selatan dan Papua Nugini dengan Metoda Pengindraan Jauh. http://www.gda.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=91 diakses pada tanggal 27 Mei 2013
Staub, J. 2000. Seasonal sediment transport and deposition in the Rajang River delta, Sarawak, East Malaysia. Sedimentary Geology 133 , 249–264.
Staub, J., & Gastaldo, R. A. 2003. Late Quarternary Sedimentation and Peat Develompment in the Rajang River Delta , Serawak, East Malaysia. Tropical deltas of Southeast Asia-Sedimentation, Stratigraphy, and Petroleum Geology , 71-87.
Syawal, Rizqi. 2012. Lingkungan Pengendapan Delta. http://syawal88.wordpress.com/2012/11/06/lingkungan-pengendapan-delta/ Diakses pada tanggal 28 Mei 2013


Rabu, 22 Mei 2013

Tugas Ekologi Laut Tropis (Study Cases : Pencemaran Minyak Pada Mangrove)


Study Cases : Murdered By Who ???

Kelompok  “Last Minutes”
Bani Kesuma          230210110014
Naufan I                  230210110031
Andi Desandi Y       230210110034
Arnudin                    230210110044
M. Hariza                230210110063

Oil Oil Oil and Stop In The Darkness


     Mangrove diketahui mempunyai fungsi ekologis dimana salah satunya adalah sebagai tempat berlindung , mencari makan , dan memijah ikan-ikan. Asosiasi ini juga dapat MENGUNTUNGKAN BAGI MANUSIA baik secara langsung ATAU TIDAK LANGSUNG. Selagi hal ini berjalan normal , tidak ada masalah. Hal yang tidak berjalan normal diakibatkan oleh banyak hal salah satunya adalah tumpahan minyak. Penelitian mahasiswa perikanan menunjukan bahwa 3 tahun setelah tumpahan minyak di pesisir utara Jawa Barat masih menunjukan bahwa KEHIDUPAN IKAN MASIH TERGANGGU. Hal ini mungkin diakibatkan oleh tumpahan minyak masih berada di lokasi mangrove. Mengapa begitu lama ?? kalau ikan saja masih terganggu, bagaimana dengan mikroorganisme yang tinggal lama di daun , akar, batang , dan sedimen. Bukankah ekosistem ini merupakan EKOSISTEM YANG PALING KOMPLEKS ?? Sebenarnya pengaruh minyak terhadap ekosistem mangrove dan asosiasinya masih perlu dijelaskan dengan lebih detail termasuk pada proses dan akibat langsungnya. Hal ini bisa disebut sebagai “Pembunuh Berantai Tanpa Harus Melukai Nomor 2”.

Pembahasan

     Mangrove diketahui mempunyai fungsi ekologis dimana salah satunya adalah sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan memijah ikan-ikan. Asosiasi ini juga dapat menguntungkan bagi manusia baik secara langsung atau tidak langsung. Asosiasi yang terjadi antara mangrove dan biota merupakan bentuk simbiosis mutualisme karena biota dapat berlindung dan mencari makan di pohon mangrove sedangkan bagi mangrove mendapatkan nutrien dari feses (kotoran) biota untuk tumbuh. Asosiasi ini juga menguntungkan bagi manusia karena secara langsung ikan ikan akan banyak yang berada disana sehingga tidak perlu mencari ikan terlalu jauh ke tengah lautan. Selain itu manfaat tidak langsung dari mangrove adalah oksigen yang dihasilkan oleh si mangrove tersebut saat berfotosintesis dan fungsi mangrove tersebut untuk memecah ombak dan mencegah abrasi pantai.

     Pada suatu penelitian ditunjukan bahwa 3 tahun setelah tumpahan minyak di pesisir utara jawa barat masih menunjukan bahwa kehidupan ikan masih terganggu. Karena pendegradasian minyak itu membutuhkan waktu yang cukup lama apalagi jika mikroorganisme pendegradasi minyak hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Soalnya mangrove tidak bisa mendegradasi minyak melainkan mengakumulasinua didalam batang dan akarnya.

     Ekosistem mangrove ini merupakan ekosistem yang paling kompleks, tapi sekompleks apapun suatu ekosistem tetap saja membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalahnya dan semakin kompleks suatu ekosistem biasanya akan semakin lama menyelesaikan masalahnya soalnya lebih banyak jumlah ragam organismenya. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan. Bersifat dinamis karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali seperti sediakala.

     Sebenarnya pengaruh minyak terhadap ekosistem mangrove dan asosiasinya masih perlu dijelaskan dengan lebih detail termasuk pada proses dan akibat langsungnya. Pengaruh pertama tumpahan minyak tidak langsung ke ekosistem mangrove melainkan biota yang hidup disekitar ekosistem mangrove. Akumulasi tumpahan minyak terjadi pada batang, dan akar, sedangkan kemampuan mangrove hanya dapat mengakumulasi atau menyerap tumpahan minyak tersebut dan tidak dapat mendegradasi minyak yang diserap. Akumulasi pencemaran minyak yang terjadi pada mangrove dapat menyebabkan pertumbuhan mengrove terganggu bahkan bisa menyebabkan kematian pada pohon mengrove. Resistensi mengrove terhadap pencemaran minyak akan meningkat tetapi hanya untuk mangrove yang mempunyai kemampuan kuat, sedangkan pada mangrove yang rentan terhadap perubahan yang terjadi pada ekosistem tersebut akan lebih cepat mati.