PENGARUH
AKTIVITAS BAKTERI SULFUR TERHADAP ASPEK
GEOMIKROBIOLOGI
DI PERAIRAN
Siklus sulfur di perairan dipengaruhi terutama oleh
dua kelompok besar bakteri yaitu bakteri pereduksi sulfur dan bakteri
pengoksidasi sulfur. Bakteri pereduksi sulfur mereduksi ion sulfat menjadi
sulfida dan sulfur; dan sebaliknya bakteri pengoksidasi sulfur mengoksidasi
kembali sulfida dan sulfur menjadi sulfat. Siklus ini tidak terjadi secara
individual melainkan juga melibatkan
proses-proses lain (fisika, kimia, dan biologi). Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari proses-proses yang terlibat dalam siklus sulfur
serta dampaknya bagi geomikrobiologi perairan.
PENDAHULUAN
Sulfur
termasuk salah satu unsur yang terdapat melimpah di alam dengan kandungan dalam
kerak bumi mencapai 880 mg/kg. Kadar sulfur (sebagai total sulfur) dalam batuan
beku dan batuan sedimen berkisar antara 270-2400 mg/kg, dalam air laut 905
mg/L, sementara dalam air tawar mencapai 3,7 mg/L. Siklus sulfur merupakan
salah satu proses biogeokimia utama di alam. Terdapat empat jenis stok senyawa
sulfur alamiah utama berdasarkan tingkat oksidasinya dalam siklus sulfur, yaitu
senyawa sulfida (S2-), sulfur elemental (S0), sulfat (SO42-), dan
sulfur-organik (C-SH) (Lens, et.al., 2004).
menunjukan jalur-jalur reaksi yang terlibat dalam siklus sulfur mikrobial.
Perilaku senyawa-senyawa sulfur di perairan dipengaruhi oleh sejumlah organisme
terutama mikroba. Jalur I, II, III, dan V, melibatkan mikroba autotrof yang
menggunakan CO2 anorganik sebagai sumber karbon. Sedangkan jalur IV dan VI
melibatkan mikroba heterotrof yang menggunakan senyawa organik sebagai sumber
karbon. Reaksi oksidasi senyawa sulfur terjadi pada jalur I, II, dan III,
sedangkan reaksi reduksi terjadi pada jalur IV dan VI. Oksidasi senyawa sulfur
melibatkan mikroorganisme kemoautotrof atau fotoautotrof, seperti bakteri dari
genus Thiobacillus dan
bakteri-sulfur fotosintetik (Chlorobiaceae dan Chromatiaceae). Dari semua
kelompok bakteri pengoksidasi sulfat, hanya kelompok bakteri thiobacillus yang
mampu menghasilkan sulfat secara langsung tanpa mengakumulasi sulfur dalam
proses oksidasi H2S pada tekanan oksigen normal. Kelompok bakteri lainnya
mengakumulasi sulfur. Sulfur yang terakumulasi tersebut akan dioksidasi lebih
lanjut menjadi sulfat ketika suplai H2S menurun atau hilang (Ehrlich and
Newman, 2009). Reduksi sulfat menjadi sulfida dilakukan oleh golongan bakteri
pereduksi sulfat (SRB, sulfate
reducing bacteria) pada kondisi anaerobik. Proses ini merupakan proses
yang bersifat disimilatoris dimana sulfat berperan sebagai akseptor elektron
terminal sementara donor elektron yang digunakannya adalah senyawa-senyawa
organik dan hidrogen. Bakteri dari genus Desulfovibrio,
Desulfotomaculum, Desulfobacter,
Desulfobulbus,Desulfococcus, Desulfonema,
dan Desulfosarcina merupakan
bakteri-bakteri pereduksi sulfat.
BAHAN
DAN METODE
Pemilihan
Isolat Uji
Isolat
bakteri ungu sulfur yang digunakan adalah isolat BFA koleksi Laboratorium
Mikrobiota Puslit Limnologi LIPI yang diisolasi dari beberapa daerah pesisir di
pulau Jawa dan Sumatera. Dari 13 isolat BFA yang ada, dipilih satu isolat yang
memiliki kemampuan terbesar dalam menyisihkan sulfida dari medium. Pemilihan
isolat uji dilakukan dengan menumbuhkan isolat BFA dalam tabung 15 mL yang
berisi medium cair sea water complete
25% (bacto peptone 1,25 g, ektrak ragi
0,25 g, gliserol 0,75 mL, air laut 750mL, air suling 250 mL) selama 48 jam pada
suhu ruang dengan disinari lampu pijar 40 watt yang berjarak 30 cm dari tabung
biakan. Selanjutnya ke dalam kultur uji ditambahkan larutan NaS hingga
konsentrasi akhir sulfida dalam kultur uji mencapai 10 mg/L. Isolat bakteri
yang memiliki nilai daya penyisihan sulfida tertinggi dipilih sebagai isolat
uji. Untuk memastikan bahwa isolat uji terpilih tidak memproduksi H2S, dilakukan
uji penyisihan sulfida lanjutan hingga sufida dalam medium habis.
Pengujian
Aktivitas Bakteri Ungu Sulfur
Sebagai
wadah percobaan digunakan aquarium berukuran 50x40x80 cm yang berisi 96 L air
payau bersalinitas 2% dan di bagian dasar aquarium disebarkan 32 L sedimen asal
tambak udang. Aquarium ditempatkan dalam ruangan yang masih mendapat cahaya
matahari tak langsung. Sebanyak 500 mL kultur isolat uji dibuat dalam medium
cair SWC 25% dan diinkubasi selama 4 hari. Kultur uji kemudian dituang ke dalam
aquarium. Dilakukan pemantauan terhadap nilai pH (Water Quality Checker Horiba U-10), oksigen terlarut (DO meter
YSI), sulfida terlarut, S-SO4 2-, fosfat terlarut, dan kepadatan sel BFA selama
empat hari dalam selang waktu 24 jam, dan juga pada hari ke tujuh. Percobaan
dilakukan dalam tiga ulangan dan sebagai kontrol blanko digunakan aquarium
dengan kondisi yang sama tanpa penambahan isolat uji.
Analisis
Kimia dan Biologi
Kadar
sulfida terlarut, S-SO4 2-, dan fosfat terlarut dianalisis secara spektrofotometri
berturut-turut menggunakan metoda metilen biru (APHA, 2005), metoda tubidimetri
(APHA, 2005), dan metoda asam askorbat (Strickland and Parsons, 1972). Sampel
air untuk analisis sulfida terlebih dahulu dipreparasi dengan menggunakan
larutan Al(OH)3 dalam suasana basa (pH 9) dan suhu rendah untuk memisahkan
partikulat. Sedangkan untuk analisis S-SO4
2-
dan fosfat terlarut, partikulat dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan
kertas saring Whatmann GF/C. Analisis kepadatan sel dilakukan dengan cara menyebarkan
sampel yang telah diencerkan pada medium agar SWC 25% (bacto peptone 1,25 g, ektrak ragi 0,25 g, gliserol 0,75 mL, bacto agar 15 mL, air laut 750 mL,
air suling 250 mL) dan diinkubasi dalam suhu ruang sambil disinari cahaya dari
lampu pijar 40 watt. Jumlah koloni yang muncul setelah 48 jam inkubasi dihitung
dan dikonversi ke dalam nilai UPK (unit pembentuk koloni)/mL.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Isolat
IR9 dipilih sebagai Isolat Uji
Hasil
pengujian kemampuan penyisihan sulfida terhadap ke-13 isolat BFA, menunjukkan
bahwa isolat IR3, IR5, IR9, IR19, Lp Psr, Naga2, Naga5, dan Tb Sultg dapat
menyisihkan sulfida, sehingga disimpulkan bahwa kedelapan isolat tersebut
merupakan bakteri ungu sulfur. Lima isolat lainnya, yaitu JPR2, Naga1, Naga3,
Naga7, dan Rus33, merupakan bakteri ungu non-sulfur, karena tidak mampu
menyisihkan sulfida dari dalam medium. Diantara kedelapan isolat bakteri ungu
sulfur, isolat IR9 memiliki kemampuan penyisihan terbesar dengan nilai daya
penyisihan sebesar 8,9 mg/L/OD, diikuti berturut-turut oleh isolat IR3, Naga5,
IR19, IR5, Naga2, Tb Sultg, dan terakhir Lp Psr. Berdasarkan nilai ini maka IR9
ditetapkan sebagai isolat uji pada tahap pengujian selanjutnya. Hasil uji
penyisihan sulfida tahap lanjut menunjukkan bahwa isolat IR9 tidak memproduksi
H2S
Profil
Sulfida dan Sulfat
Kadar
sulfat terlarut dalam sampel uji mengalami penurunan yang cukup tinggi setelah
tujuh hari inkubasi, yaitu sebesar 86,872 mg S-SO4 2-/L . Pada 48 jam pertama,
profil sulfat pada sampel uji tidak jauh berbeda dengan kontrol sehingga
disimpulkan bahwa pada 48 jam pertama aktivitas bakteri pereduksi sulfat
indigenus belum dimulai. Kadar sulfida yang awalnya nol meningkat menjadi 0,812
mg/L pada jam ke-48 dan kadarnya terus naik hingga mencapai 2,582 mg/L pada
hari ketujuh. Peningkatan kadar H2S mengindikasikan adanya peningkatan
aktivitas bakteri pereduksi sulfat yang menghasilkan spesies sulfur bervalensi
lebih rendah seperti H2S. Kenaikan kadar H2S di perairan dapat menyebabkan
kematian ikan secara massal seperti yang terjadi di Danau Maninjau (Puslit
Limnologi LIPI, 2009). Peningkatan kadar H2S mungkin disebabkan oleh rendahnya
aktivitas bakteri ungu sulfur dan bakteri pengoksidasi sulfida lainnya sebagai
penyeimbang siklus sulfur melalui proses oksidasi sulfida. Di lain pihak
produksi H2S dari aktivitas bakteri pereduksi sulfat dan aktivitas heterotrofik
terus berlangsung. Akibatnya di bagian dasar perairan terjadi penumpukan H2S
yang pada gilirannya akan naik ke permukaan melalui proses upwelling.
Pertumbuhan
Bakteri Ungu Sulfur
Kurva
pertumbuhan bakteri menunjukkan bahwa pada hari ketujuh isolat IR9 masih berada
pada tahap pertumbuhan eksponensial. Hal ini menarik karena kultur IR9 yang
digunakan adalah kultur berumur empat hari yang sudah mencapai fase stationer.
Pada fase ini bila kondisi lingkungan tidak sesuai maka bakteri tidak akan
tumbuh, tetapi hal yang sebaliknya ditemukan dalam pengujian ini. Isolat IR9
dapat tumbuh dengan baik walaupun selama percobaan tidak dilakukan penambahan
nutrisi dari luar. Pertumbuhan isolat IR9 yang sangat pesat ini diduga
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi sulfida dalam air dan rendahnya
konsentrasi oksigen. Pada kondisi tersebut, isolat IR9 mulai melakukan
aktivitas fotosintetik anoksigenik yang menggunakan H2S sebagai sumber elektron.
Melalui proses fotosintetik anoksigenik, sulfida dari gas H2S dioksidasikan
menjadi sulfur. Sulfur yang terbentuk tidak dilepaskan ke lingkungan, melainkan
akan disimpan dalam globula intrasel sebagai granul sulfur atau polisulfida
yang akan digunakan ketika sulfida dari lingkungan habis. Sulfur dan
polisulfida akan dioksidasikan menjadi sulfit dan selanjutnya sulfat ketika
bakteri ungu sulfur melakukan aktivitas fotosintetik (Lens, etc., 2004 dari
jurnal pengaruh aktivitas bakteri
sulfur terhadap aspek geomikrobiologi di perairan).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa aktivitas bakteri
sulfur, yang diwakili isolate IR9 memberikan kondisi anaerobik setelah 24 jam
inkubasi. Turunnya kadar oksigen mengakibatkan peningkatan aktivitas bakteri
pereduksi sulfat indigenus sehingga kandungan H2S dalam kolom air meningkat dan
nilai pH menurun. Sulfida yang dihasilkan oleh bakteri pereduksi sulfat
dimanfaatkan oleh isolat bakteri ungu sulfur IR9 untuk pertumbuhannya, yang
ditunjukkan dengan meningkatnya kepadatan sel bakteri tanpa adanya penambahan
nutrien dari luar. Pelepasan sulfida menyebabkan terlepasnya ion fosfat dari
mineral besi (II) fosfat sedimen untuk kemudian mengikat sulfida membentuk
mineal FeS yang berwarna hitam.
kelebihan
:
·
metode yang di gunakan penulis adalah metode
literatur dan percobaan.
·
dalam sampel
bakteri yang dipakai oleh penulis adalah
bakteri ungu sulfur yang berdasarkan literatur yang kami baca ternyata
mempunyai kemampuan sangat baik untuk mereduksi dan mengoksidasi sulfur
diperairan terutama di laut .
·
jurnal ini
mampu menggambarkan atau wawasan kepada pembaca bahwa di lingkungan perairan
terutama laut terdapat bakteri yang mampu menghasilkan sulfur sehingga menjaga
ketersediaan elemen – elemen mayor yang ada di perairan laut.
·
penulis juga
menjelaskan tentang pengaruh dari penurunan aktivitas bakteri sulfur tersebut
yang dapat menaikan kadar H2S di perairan yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup biota yang ada di perairan tsb sehingga dapat menjadi acuan untuk
penilitian selanjutnya.
kekurangan
:
·
penulis lebih
banyak menggambarkan bagaimana bakteri tersebut menghasilkan sulfur dari pada
pengaruhnya terhadapa geomikrobiologi di perairan.
·
pendahuluan
terlalu panjang dan lebih menjelaskan tentang pengertian sulfur dari pada topik
yang di bahas.
·
Tidak fokus
pada masalahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar